Ini bukanlah catatan harian pertama, atau catatan harian satu-satunya kubuat.
Ini adalah catatan harian yang pertama kucipta, dengan
tujuan berbagi, dan masih tentang hukum.
Hari ini tercipta romansa di tengah riak hujan kota barru
yang turun sejak sore.
Badan yang lelah sudah sedikit terobati oleh guyuran air
mandi yang diakhiri dengan basuhan kasih tuhan yang menerima sedikit doa
setelah sujud di awal malam setelah senja tergelincir berganti bulan yang
malusembunyi di balik awan
Lalu perjalanan ke sebelah simbol rumah tuhan bagi ummat
muslim pun ku mulai, perjalanan menuju kesenangan lain dalam hidup, perjalanan
pencarian kebenaran yang kucatat saat ini, perjalanan yang kusebut sebagai
saung hukum
Hari ini seorang bapak berkumis menghampiriku, saat sedang
asyik menikmati hujan dan renungan tentang masa depan
Lalu bapak itu menegur ku karna mengenaliku, dan
perbincangan basa basi pun dimulai, dan menuju ke perbincangan ngalur ngidul,
seperti biasanya beginilah saung ini dimulai, dari pembicaraan masalah pribadi
hari ini, makan siang dimana, dan berakhir ke ada masalah apa
Bapak berkumis teman ber-saung ku hari ini menceritakan
tentang masalah tanah.
Hahhhh massalah ini lagi, gumam ku dalam hati, masalah yang
dialami hampir semua orang tanpa mengenal kaya atau miskin, dimana yang miskin
kesulitan karena hak atas tanahnya yang tidak jelas, atau warisannya yang
dicaplok orang
Tapi bapak berkumis ini bukan bagian dari golongan yang
tidak mampu, maka jenis masalah tanahnya jelas berbeda, atau setidaknya sedikit
berbeda
Bapak ini menceritakan beberapa assetnya yang berasal dari
warisan orang tua, yang kemudian menjadi cikal bakal beberapa masalah, baik
yang disadarinya sedang mengintai, maupun masalah yang tidak disadarinya
Dia berceloteh tentang orang yang diminta orang tuanya dulu
untuk menjaga tanah milik mereka,
Dia berseloroh, dengan sedikit makian, bangsat.... orang tak
tau di untung, sudah dikasi makan malah ngambil tanah orang... sahutnya sedikit
keras dan tegas
Kutimpali dengan tanya, memang ngambilnya gimana pak?....,
iyya... maaaasak saya ngambil kayu di tanah saya, eeeh dia malah lapor
polisi...., saya dilapor maling kayu darah tanah dia, padahal itu kan tanah
saya...jawabnya dengan satu hembusan nafas,
Dia lanjut menceritkan kronologis kejadian yang tidak
mengenakkannya mulai dari meninggalnya orang tua sampai dengan niat memperbaiki
rumah dengan kayu yang menurutnya milik sendiri karena tumbuh di tanah yang
digarap orang tuanya selama ini, dibantu seorang kawan orang tuanya, yang
sekarang sedang berusaha menjadiaknnya tersangka.
Dari ceritanya kutangkap pula bahwa dia membagi harta
warisan almarhum orang tuanya dengan membuat sebuah perjanjian sesama ahli
waris, yang hanya di tempeli materai dan ditandatangani bersama
Kuambil sebatang surya (biasanya
super, tapi berhubung di barru TIDAK ADA mart-mart-an maka inilah tembakau
andalan baruku selama berkelana ber-saung di barru) kubakar ujungnya dan
menghasilkan bumbungan asap pekat, dimana inspirasi mulai menguap bersama tiap inci nikotin yang terbakar
Ditengah bumbungan asap dan inspirasi yang mulai terkumpul,
maka kucoba urai dalam kata tentang beberapa kebenaran temporal yang kupegang
tentang tanah, warisan, dan penyerobotan
Kukatakan pada bapak berkumis, bahwa yang kufahami bahwa semua tanah di indonesia ini sebenarnya kekuasaan pemerintah, dan saat ini kita berdiri di atas indonesia, dan semua tanah adalah kekuasan indonesia
dan instilah HAK MILIK diatas tanah itu tidak sama dengan kita memahami hak milik kita pada motor, henpon ato sajadah yang kita tenteng ini
dia mengngguk, tanda mengerti, dan aku tersenyum tanda berharap apa yang dia mengerti sama dengan apa yang ku arti
daaaan, tanah punya almarhum orangtua bapak tidak pindah jadi milik bapak secara semerta-merta dengan surat kesepakatan itu.. lanjutku.
Tanah itu kuasa pemerintah, dan pemerintah memberi hak
kepada orang tua bapak, hak itu baru punya bapak jika hak itu berpindah kepada
bapak, tanah itu menjadi milik bapak melalui sebuah proses, kami orang hukum
menyebutnya proses pengalihan hak.
jadiiii punya bapak adalah hak, bukan tanah, itu pun sekarang belum pindah kepada bapak
bagaimana dengan saya yang dituduh nyerobot?... pungkasnya
penuh rasa ingin tahu.
Punya orang tua bapak kan hak tanah itu?... bukan punya
bapak, bukan pun punya dia...
Yang berhak melapor itu yang punya hak...
Yaaah orang tua bapak yang sudah almarhum yang berhak ngelapor.
Jadi tenag lah sebentar...
Sebentar saja tenagnya jangan kelamaan, setelah bapak tenag,
cepat urus peralihan hak tanah almarhum orang tua bapak.
Yang melaporkan itu mungkin sedang khilaf, maka balaslah dengan senyuman.
Lalu setelah tersenyum bapak buat perjanjian pengelolaan
lahan, atau perjanjian kerja, anggap saja dia pegawai bapak yang kerja ngurusi
tanah bapak, kalau orang tadi kalo masih mau kerja sama,
Bapak ingat laaaah..., kemaren saya cerita tentang operasi penguasaan tanah china yang di kerjakan oleh jengis khan,
Khan yang agung itu, tidak mendapat kesetiaan dengan
semerta-merta dari para panglima perang terbaiknya
Salah satu jendral kepercayaan khan, adalah salah satu keala
suku dari sebuah klan yang pernah di kalahkan khan
Jendral itu dalam pertempuran pernah berlaku curang, dengan
menembakkan panah ke jengis khan saat jengis sedang tidur di tenda setelah
bendera penghentian gencatan senjata sementara di kibarkan
Daaaan jengis berperang dalam keadaan luka.
Tapi tetep menang...
Dan jendral itu, mungkin sudah mati kalau kita-kita ini yang
jadi jengis khan.
Tapi jengis khan mengampuni jendral yang memanahnya dengan
curang, saat jendarl itu sedah kalah dimana dia dan pasukannya yang tersisa
jadi tawanan perang
Jendral itu dipanggil oleh jhengis ke sebuah lapangan, dan
jebdral itu kemudian di dudukkan dalam keadaan tangan terikat
Jhengis lalu mengambil sebuah pedang besar, mengangkatnya
tinggi-tinggi dan mengayun kearah jendral itu....
Jendral itu menutup mata, karena tau bahwa dirinya akan di
penggal oleh jhengis
Tapi jhengis malah menebas ikatan tangannya, dan berkata....
Angkatlah kepalamu,
dan ucapkan sumpah setia kepadaku...niscaya akan kuampuni kau.....
Dan jendral yang menunduk dan merasa dirinya telah mati itu
kemudian tidak mengankat kepalanya..
Dia bersujud dan berkata...
Aku lah kepala dari
kaum ku, aku telah kalah dalam perang yang kau mengkan dengan adil, kunyatakan
kesetiaan padamu, dan akan kulakukan apapun demi jhengis yang agung selama aku
DAN KAUMKU, tetap dapat bernafas.
Jhengis lalu memerintahkan semua tawanan perang saat itu,
dan berkata..
Hai kalian, apakah
kalian sudi memperjuangkan kehormatan bersamaku, jika tidak, pergilah dari
hadapan ku...
Semua tawanan perang saat itu bersujud di depan jhengis yang
agung, bersama kepala kaum mereka.
Sejak saat itu, jhengis memiliki segerobolan pasukan pemanah
terbaik seantero daratan cina, dengan busur panah pendek, dan dapak memanah
dari atas kuda mereka, tanpa meleset satu incipun dari targetnya.
Sejak saat itu, jhengis memilik jendral yang melindunginya
dari setiap anak panah yang terbang kearah jhengis,
Sejak saat itu, sang jendral yang diampuni jhengis, adalah
jendral yang bertaruh nyawa demi melindungi dua hal, kehormatan diatas
janjinya, dan seorang pemimpin yang menakutkan tapi berhati lembut
Sejak saat itu, sang jendral telah menerima hujaman ratusan
anak panah di punggungnya, demi melindungi jhengis dari anak panah yang tidak
dilihatnya
Setelah kuceritakan uraian tadi bapak berkumis itu lalu
tersnyum-senyum dalam makna yang tidak kufahami lalu mohon pamit dan minta
tolong kapinya dibayarkan.
Ku iyyakan sambil tertawa, semoga jalanya setelah bersaung
dengan ku, bisa lebih baik, dan kopi yang ku traktirkan bisa membuka akalnya
dan akalku.
Begitulah saung malam ini berakhir, dan berlanjut lagi
setelah pulang kerja besok.
-saung hukum ayyub kadriah-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar